Telah
berkembang kisah turun temurun dikalangan masyarakat desa-desa di Kabupaten
Indramayu, khusunya desa-desa yang berlokasi dibawah tanggul (Bantaran) sungai Cimanuk
bahwa pada kedalaman sungai Cimanuk konon terdapat sebuah kerajaan Jin dengan
Istananya yang gemerlap.
Satu
masyarakat lain menyebutnya hanya sebatas kerajaan Jin, adalagi yang
menyebutnya dengan istilah kerajaan Pulomas, yang dipimpin oleh Raja Jin yang
sakti mandraguna. Dalam babad Indramayu disebutkan bahwa dalam rangka membangun
Indramayu, Arya Wiralodra sempat bertempur dengan Raja kerajaan siluman
tersebut, oleh karena pada awalnya pendirian Indramayu menggangu ekosistem
Setan/Jin di Cimanuk.
Bagi
masyarakat desa yang desanya terdapat diarea bantaran/tanggul sungai cimanuk,
pada kisaran Tahun 50-80 aN menurutnya sudah tidak asing lagi dengan
penampakan-penampakan mistis di Cimanuk, seperti suara kuda berlari bala
tentara tempo dulu yang hilir mudik berjalan beriringan diatas sungai Cimanuk,
penampakan Jangjitan (manusia-manusia kecil/sejenis Tuyul) di Hutan Tanggul
Cimanuk, Penampakan Buncul (Hewan Gahaib) Penampakan Buaya Putih, bebunyian
atau tetaluan/gamelan dan lain sebagainya.
Namun
kisah-kisah tersebut kemudian seperti musnah ditelan oleh jaman, ketika pada
tahun 90 an Indramayu secara keseluruhan teraliri aliran listrik. Kisah-kisah
mistis tersebut seolah hilang tertutupi komederenan jaman.
Kisah
mengenai Kerajaan Jin Cimanuk kemudian kembali muncul pada tahun 2000 an. Kisah
tersebut bermula dari pembangunan jembatan yang menghubungkan Desa Bangkaloa
Ilir di barat dan Desa Pilangsari di timur, jembatan ini dibangun melintasi
sungai Cimanuk dengan panjang 1 Km lebih. Dalam pembangunannya konon ditemukan
keanehan-keanehan seperti susahnya dalam membuat cor-coran dalam pondasi
jembatan dan lain sebagainya. Serta kisah-kisah mistis mengenai adanya berbagai
macam bebauan yang dirasakan pekerja proyek pembuatan jembatan tersebut.
Setelah
selesainya proyek pembangunan jembatan Bangkaloa Ilir tersebut, dahulu
orang-orang yang pernah terlibat dalam pembangunan proyek tersebut
(mandor/pekerja) didapati meninggal, meskipun proses meninggalnya tersebut
dikatakan wajar (akibat Kecelakaan/sakit) akan tetapi masyarakat sekitar
menyangkut pautkan dengan hal-hal mistis, katanya meninggalnya karena wadal
kerajaan siluman sungai Cimanuk.
Kasus
kemudian bertambah runcing ketika seorang Ibu-ibu yang koma akibat sesuatu
kecelakaan/sakit tersadarkan diri setelah kurang lebih 2 bulan masa koma,
setelah sadar Ibu-ibu tersebut menceritakan bahwa:
"Dalam koma itu dia dipekerjakan di Dapur
Istana Kerajaan Jin Cimanuk, tugasnya sehari hari ngelap godong gedang
(membersihkan daun pisang) yang digunakan sebagai alas untuk makan para
penghuni kerajaan sungai Cimanuk, selain itu menurutnya juga didalam masa koma
tersebut dia melihat mantan mandor /pekerja pembuatan jembatan Cimanuk
Bangkaloa Ilir tersebut dijadikan abdi dalem di Istana tersebut, bahkan
dikatakan orang-orang di Desanya yang dahulu meninggal di atas jembatan Cimanuk
baik karena kecelakaan tunggal maupun kecelakaan non tunggal (tabrakan)
terlihat menjadi abdi dalem di Istana jin tersebut. Karena dalam setiap hari
ibu-ibu tersebut dipekerjakan sebai pembersih daun pisang yang bertumpuk-tumpuk
banyaknya, ibu-ibu tersebut merasa tidak betah, ingin pulang dan terus menerus
menangis, sehingga salah satu tentara kerajaan Jin Cimanuk tersebut kemudian
menayakan prihal mengapa ibu-ibu tersebut menangis, ibu-ibu tersebut kemudian
menjawab ingin pulang, merasa kasihan salah satu tentara kerajaan tersebut
menunjukan arah jalan pulang, dan setelah Ibu-ibu tersebut melangkah ke arah
jalan pulang yang ditunjukan, tersadarlah kemudian ibu-ibu tersebut dari
komanya".
Bagi
setiap orang yang dahulu pernah diceritakan mengenai keberadaan kerajaan Jin di
Cimanuk, tentu kisah diatas menjadi penguat baginya, dan bagi anak-anak muda
yang belum pernah mendengar kisah-kisah orang-orang tua dahulu tentu peristiwa
tersebut memberikan pengetahuan baru bagi mereka, terlepas apakah pengetahuan
tersebut benar atau tidak, yang jelas kisah tersebut memang dituturkan sedari
dulu adanya.
Ada
hal menarik dari Legenda Kerajaan Siluman Sungai Cimanuk diatas jika dikaitkan
dengan sejarah tempo dulu, karena pada dasarnya bahwa legenda biasanya timbul
akibat penyaampian sejarah yang dilebih-lebihkan oleh si penyampai hingga
akhirnya sejarah tersebut kemudian tenggelam dan muculah legenda. Sejarah jadi
legenda, legenda kemudian menjadi mitos.
Ada
beberapa kemungkinan yang timbul dari terbitnya legenda kerajaan jin di
Cimanuk, salah satunya adalah mengenai kisah Kerajaan Manukrawa yang pernah
berdiri di bantaran/tanggul sungai Cimanuk. Dalam Naskah wangsa Kerta Kerajaan
manukrawa tersebut muncul sejaman dengan kerajaan Tarumanegara. Dalam Ktab
Negara Kertabumi Kerajaan Manukwara dipimpin oleh seorang Raja bernama
Bongalpati Kerajaan tersebut terletak di tepian muara sungai Cimanuk, dan
musnah akibat banjir bandang.
Dalam
Naskah Wangsakerta (Pustaka Rajya rajya i bhumi Nusantara) bahwa di era
Purnawarman dan sesudahnya, Tarumanagara membawahi kerajan-kerajaan:
1.
Salakanagara (di
Pandeglang)
2.
Cupunagara (daerah
Subang dan Indramayu / aliran sungai Cipunagara)
3.
Nusa Sabay,
4.
Purwanagara,
5.
Hujung kulwan (ujung
kulon di Pandeglang)
6.
Gunung Kidul
7.
Purwalingga
(Purbalingga, Jawa Tengah)
8.
Agrabinta (Cianjur)
9.
Mandalasabara,
10.
Bhumisagandu (di
Majalengka)
11.
Paladu,
12.
Kosala (di
rangkasbituung)
13.
Legon (di Sedang)
14.
Indraprahasta (di
Cirebon)
15.
Manukrawa (Cimanuk,
Indramayu)
16.
Malabar (di Bandung / Pangalengan)
17.
Sindangjero
18.
Purwakerta (di
Purwokerto, Jawa Tengah)
19.
Wanagiri,
20.
Purwagaluh (di
Banyumas, Jawa tengah)
21.
Cangkuang (di
Garut atau Ciamis)
22.
Sagara
23.
Kubang Giri (di Tegal,
Jawa tengah)
24.
Cupu giri atau gunung
cupu, (dekat Cihaurbeuti Ciamis)
25.
Alengka (di
kabupaten Bandung)
26.
Manik Parwata atau
Gunung Manik,
27.
Salaka gadang,
28.
Pasirbatang (di
banyumas)
29.
Karangsindulang ( di
kabupaten Bandung / Cicalengka)
30.
Bitung Giri atau Gunung
Bitung (di Majalengka)
31.
Tanjungkalapa,
32.
Pakuan Sumurwangi,
33.
Kalapagirang,
34.
Tanjung Camara (di
Kuningan)
35.
Sagarapasir,
36.
Rangkas (di Pandeglang)
37.
Pura dalem (di
Karawang)
38.
Linggadewa,
39.
Wanadatar,
40.
Jati Ageung, (di
Kuningan)
41.
Satyaraja,
42.
Wanajati
43.
Rajatapura (di
Pandeglang)
44.
Sundapura (di Bekasi)
45.
Duakalapa (di kalapa
dua (Bantarujeg Majalengka atau Tasik malaya selatan)
46.
Pasir Muara (di Bogor)
47.
Pasir Sanggarung (di
Cirebon)
48.
Indihiyang (di
Tasikmalaya)
Jika merujuk pada naskah di atas dapatlah
dipahami bahwa Manukrawa merupakan bawahan dari banyak bahahan Kerajaan
Tarumanegara, terletak di Cimanuk yang sekarang bernama Indramayu.
Dan oleh karena itulah kabar mengenai
kerajaan Polomas, atau kerajaan bangsa siluman (Jin) yang berada di dasar sungi
Cimanuk, ada kemungkinan legenda
tersebut muncul berdasarkan peristiwa banjir bandang besar yang menenggelamkan
kerajaan manukwara sehingga secara turun temurun masyarakat mempercayai jika
kerajaan tersebut masih ada akan tetapi pindah ke alam lain. Karena begitulah
memang sejarah menjadi legenda, kemudian legenda menjadi mitos.